Social Icons

07 December 2012

Kisah Keliling Tiga Lingkaran Dari Tibet

Dahulu kala di Tibet, ada seseorang bernama Adiba, setiap kali ia bertengkar dan marah pada orang, dengan segera ia akan pulang lalu berlari mengelilingi rumah dan tanahnya sebanyak 3 kali, kemudian duduk tersengal-sengal. Adiba sangat rajin bekerja, rumahnya makin lama makin besar, tanahnya juga makin luas, namun tak peduli berapa pun besar rumah dan tanahnya, setiap bertengkar atau marah, ia tetap akan berlari mengelilingi rumah dan tanahnya sebanyak 3 keliling. Semua orang heran mengapa Adiba setiap kali marah akan berlari 3 keliling mengelilingi rumah dan tanahnya, namun bagaimanapun ditanya, Adiba tak bersedia menjelaskan. Hingga suatu saat ketika Adiba beranjak tua, rumah dan tanahnya makin luas, pada saat marah dengan memegang tongkat ia mengelilingi rumah dan tanahnya, hingga ia selesai, matahari telah terbenam.


Adiba duduk sendiri tersengal-sengal nafasnya, cucunya duduk disebelah dan memohonnya : “Kakek, usiamu telah lanjut, sekitar area ini juga tak ada seorangpun yang memiliki tanah seluas milikmu, jangan seperti dulu lagi setiap marah berkeliling 3 putaran. Bolehkah kau katakan padaku rahasia ini ?”


Adiba tak tahan mendengar permohonan cucunya, akhirnya diungkapkanlah rahasia yang selama ini terpendam dalam hatinya.

Ia berkata, “ketika aku muda dan setiap bertengkar, berdebat dan marah, kemudian berlari keliling 3 putaran, sambil berlari sambil aku berpikir, rumah dan tanahku demikian kecil, mana aku ada waktu dan mana aku punya hak marah pada orang lain ?”. Berpikir demikian, hilanglah amarahnya, waktunya dipergunakan untuk berjuang dan berusaha keras.

Cucunya bertanya lagi, “Kakek, umurmu sudah lanjut, juga sudah menjadi orang terkaya, mengapa masih lari berkeliling demikian ?”, Adiba dengan tersenyum berkata,

“Sekarang aku masih bisa marah, saat marah sambil berjalan keliling 3 putaran sambil berpikir, rumah dan tanahku sudah sedemikian luas, untuk apa aku perhitungan dengan orang lain ? maka hilanglah amarahku.”

RENUNGAN:

Setiap mawar berduri, sama seperti sifat dalam setiap diri manusia, ada sebagian hal yang tak dapat kau tahan/sabar. Melindungi sekuntum bunga mawar, tidak harus menghilangkan durinya, hanya bisa belajar bagaimana tdak terluka oleh durinya, dan masih ada lagi, yaitu bagaimana tidak membiarkan duri kita melukai orang yang kita cintai.

No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates