Adiba duduk sendiri tersengal-sengal nafasnya, cucunya duduk disebelah dan memohonnya : “Kakek, usiamu telah lanjut, sekitar area ini juga tak ada seorangpun yang memiliki tanah seluas milikmu, jangan seperti dulu lagi setiap marah berkeliling 3 putaran. Bolehkah kau katakan padaku rahasia ini ?”
Adiba tak tahan mendengar permohonan cucunya, akhirnya diungkapkanlah rahasia yang selama ini terpendam dalam hatinya.
Ia berkata, “ketika aku muda dan setiap bertengkar, berdebat dan marah, kemudian berlari keliling 3 putaran, sambil berlari sambil aku berpikir, rumah dan tanahku demikian kecil, mana aku ada waktu dan mana aku punya hak marah pada orang lain ?”. Berpikir demikian, hilanglah amarahnya, waktunya dipergunakan untuk berjuang dan berusaha keras.
Cucunya bertanya lagi, “Kakek, umurmu sudah lanjut, juga sudah menjadi orang terkaya, mengapa masih lari berkeliling demikian ?”, Adiba dengan tersenyum berkata,
“Sekarang aku masih bisa marah, saat marah sambil berjalan keliling 3 putaran sambil berpikir, rumah dan tanahku sudah sedemikian luas, untuk apa aku perhitungan dengan orang lain ? maka hilanglah amarahku.”
RENUNGAN:
Setiap mawar berduri, sama seperti sifat dalam setiap diri manusia, ada sebagian hal yang tak dapat kau tahan/sabar. Melindungi sekuntum bunga mawar, tidak harus menghilangkan durinya, hanya bisa belajar bagaimana tdak terluka oleh durinya, dan masih ada lagi, yaitu bagaimana tidak membiarkan duri kita melukai orang yang kita cintai.
No comments:
Post a Comment