07 December 2012
Mengungkap Rahasia Kebahagiaan
Bhante Kheminda menguraikan konsep Yoniso Manasikara (: Sikap Batin yang benar). Ini adalah proses kognitif yang menjadi prasyarat untuk berkembangnya kebijaksanaan (Wisdom, pali: panna) dalam bentuk Pandangan yang benar (Right view, Samma ditthi).
Secara etimologis, Yoniso berasal dari kata 'yoni' yg berarti 'kandungan' atau 'asal mula'. Sedangkan kata manasikara berasal dari 'manasi', artinya in the mind dan 'kara' to make it happen atau to bring it into. Jadi yoniso manasikara berarti 'membawa asal mula dari segala fenomena ke dalam batin'.
Asal mula dari fenomena, dalam hal ini, adalah karma kita sendiri yang Anicca (impermanent), Dukkha (unsatisfactory) dan Anatta (Not-self). Jadi, batin kita harus memahami bahwa segala sesuatu adalah berasal dari karma kita sendiri. Ini adalah penjelasan dari kitab-kitab kuno (komentar). Di dalam sutta (salah satu Tri Pittaka, Kitab Suci Agama Buddha) biasanya Buddha menjelaskan dalam konteks Anicca, Dukkha dan Anatta tsb.
Yoniso manasikara diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi Right Attitude, atau Right Attention. Tadi malam malam beliau mencoba menterjemahkannya secara bebas menjadi: "Sikap batin yang benar" (: benar dalam artian sampai ke akar penyebab masalahnya).
Selanjutnya Beliau menekankan Kebahagiaan itu seiring sejalan dengan "Pandangan yang benar" (Right view, Samma-ditthi). Oleh sebab itulah pandangan kita harus benar. Dengan pandangan yang benar kita akan menjadi bahagia. Dalam hidup, kita itu menjadi menderita karena tidak bisa menerima realita tapi berharap terjadi yang sebaliknya. Misal: Kita berharap air mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yg lebih tinggi, Matahari terbit dari barat, suatu pertemuan tidak diakhiri dengan perpisahan, proses penuaan dapat dihentikan dll.
Beliau mensarikan bahwa "Pandangan benar" itu adalah mengetahui dan menyadari sedalam-dalamnya tentang:
1. Berlakunya Hukum Karma (Hukum Sebab akibat);
2. Empat Kesunyataan Mulia. (meskipun hal ini tdk saya kupas tadi malam)
3. Berlakunya hukum Ketidak-kekalan (segala sesuatu yang tercipta/berbentuk/terkondisikan adalah tidak kekal);
4. Berlakunya hukum kesaling-tergantungan (segala phenomena kehidupan itu adalah saling kait mengait. Tidak ada satupun phenomenon yang berdiri sendiri).
Beliau mengajarkan ada 2 (dua) langkah kunci menuju ke kebahagiaan:
1. Menyadari sedalam-dalamnya bahwa segala sesuatu yang masuk ke indera-indera kita (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan batin) adalah buah dari karma kita sendiri; sedangkan reaksi-reaksi kita terhadapnya adalah karma baru yang kita ciptakan.
2. Dalam menghadapi kejadian yang sedang menimpa kita tersebut, sikap batin kita harus "positif" (benar). Jangan menyalahkan orang lain atau kondisi di luar kita. Sebaliknya hadapilah, rangkullah (embrace) dan terimalah apa yang terjadi itu sebagai sesuatu yang memang sudah sepantasnya terjadi pada diri kita karena sedang bekerjanya Hukum Sebab Akibat (dari perbuatan atau pikiran kita).
Selanjutnya perlu disadari bahwa pikiran kita itu suka "ngeluyur" ke masa lalu dan masa depan. Kita sering menyesali apa yang terjadi atau telah kita lakukan dan kita juga mengkhawatirkan apa yang akan terjadi. Padahal belum (tentu) terjadi. Itulah buah pikiran dari "masa lalu" dan "masa depan" yang menyiksa kita. Kita harus bisa mensyukuri hidup kita di saat ini dan di sini (here & now). Bukankah kita sudah tumimbal lahir ribuan kali dengan penderitaan yang jauh lebih berat di berbagai alam samsara (penderitaan). Dan kalau sampai hari ini kita masih berada di sini sebagai manusia dan bisa mendalami Buddha Dharma, apa lagi yang masih harus kita takutkan dan khawatirkan? Jangan biarkan diri kita tersiksa oleh perasaan kita (menyesal karena masa lalu & khawatir akan masa depan). Itulah sumber penderitaan. Berfikirlah positif (Positive thinking).
NOTE SA:
Di barat pandangan sejenis ini sekarang juga berkembang menjadi cabang baru dari psychology, yaitu yang disebut dengan "Positive psychology". Cabang baru ini merupakan pengembangan conventional psychology yang lebih melihat manusia dari sisi negatifnya, kelemahannya.
Positive psychology justru melihat manusia dari sisi kekuatannya, sisi positifnya sehingga potensi manusia bisa dikembangkan secara optimal.
Sehubungan dengan itu Bhante Kheminda juga memberikan resep untuk mengelola kesalahan kita (Mistake management) dalam 3 (tiga) langkah:
1. Mengakui kesalahan: dengan mengakui kesalahan, maka dalam batin kita telah berkembang suatu kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini akan menjadi "reminder" kita pada saat kita akan melakukan kesalahan sejenis.
2. Meminta maaf baik kepada diri sendiri maupun kepada orang yang kita salahi. Dengan ini kita akan mengobati luka batin kita & luka pada diri orang yang kita salahi.
3. Berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan tersebut.
Dan, seandainya dengan melakukan ketiga langkah tersebut, kita masih melakukan kesalahan yang sama, maka praktikkan ketiga langkah tersebut di atas lagi. Tidak ada keajaiban di dalam latihan spiritual kita; tidak ada instant solution. Semuanya membutuhkan proses; tetapi kalau kita bisa mempraktikkan yoniso manasikara, maka setiap detik, setiap saat, meskipun kita sedang berada di dalam situasi yang burukpun, adalah kebahagiaan. Pada saat semua orang memusuhi kitapun, disitu ada kebahagiaan; karena kita bisa menjaga batin kita tetap positif. Kebahagiaan bukanlah tujuan, melainkan perjalanan itu sendiri. Oleh karena itu, hargailah setiap detik yang ada dengan penuh kebijaksanaan.
BE HAPPY!!
Penulis :Sudhamek AWS
dikutip dari http://buddhayana.or.id/isiarticle.php?Lang=Ind&ID=6
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment