Social Icons

17 September 2012

[In Memoriam] (Alm) Mahasthavira Nyana Jayabhumi

Memperingati 1 tahun wafatnya (Alm) Bhante Jayabhumi (17 Sept 2011-17 Sept 2012)

Sabtu, 17 September 2011, pukul 07.00 Wib, salah satu sosok besar dalam keluarga Vihara Samantabhadra yaitu Bhante Nyana Jayabhumi Mahasthavira menghembuskan nafas terakhirnya di RS. Charitas, Palembang setelah dirawat selama 3 hari. Kepergian Beliau yang mendadak mengagetkan banyak pihak. Tak ada pertanda apapun dari Bhante sebelum akhirnya meninggalkan kita semua di usianya yang ke 50 tahun.

Sepanjang 20 tahun kebhikuannya, almarhum telah mendedikasikan sepenuh hidupnya demi pengembangan Buddha Dharma di Indonesia khususnya di kota Palembang. Bukti konkrit Beliau antara lain mendirikan Vihara Samantabhadra dan juga sebagai pemprakarsa purna pugar Vihara Dharmakirti dan Vihara Maitribhumi. Nama Beliau tidak hanya terkenal di kalangan umat Buddhis kota Palembang namun telah tersebar hingga daerah lain bahkan hingga luar Sumatera Selatan. Dalam perjalanan hidup Alm. Bhante Nyana Jayabhumi Mahasthavira, Beliau meninggalkan kenangan indah yang diperuntukan bagi kita semua. Banyak cerita yang terjadi semasa hidup Beliau yang mungkin kita semua juga ikut berperan di dalamnya. Alm. Bhante Nyana Jayabhumi dikenal akan eksistensinya dalam pembabaran ajaran agama Buddha. Kegiatan vihara yang pernah diikuti Beliau juga tidak sedikit.

Kepergian Beliau yang sangat cepat mengundang rasa duka yang mendalam bagi kerabat terdekatnya terutama dari pihak keluarga. Berikut hasil wawancara yang MUDRA dapatkan dari beberapa anggota keluarga Alm. Bhante Nyana Jayabhumi Maha Sthavira serta beberapa opini dari orang-orang terdekat almarhum.
       Darmawan (Lim Eng San), adik dari almarhum
Saya adalah Darmawan, anak ke-6 dari 7 bersaudara yang dilahirkan di kota Palembang. Bhante Jayabhumi adalah saudara tertua kami. Semasa kecil kami selalu dekat dengan Beliau karena perhatian dan kasih sayangnya kepada saudara-saudaranya yang sangat besar. Semasa saya kecil dan sekolah di Palembang, Beliau adalah orang yang menopang perekonomian keluarga dan membantu biaya sekolah adik-adiknya. Begitu juga dengan saya yang dari SD sampai dengan SMP dibantu biayanya oleh Bhante. Salah satu kenangan lain yang ada sewaktu saya kecil adalah saya sewaktu kecil sering diajak oleh Beliau nonton di salah satu bioskop di Palembang. Waktu saya SMA, Beliau memutuskan untuk menjadi seorang Bhante. Awalnya kami merasa dan berfikir akan kehilangan kasih sayang Beliau. Namun kenyataannya kami masih bisa bertemu dengan Beliau yang masih sering memberikan masukan dan nasehat yang berharga buat saya. Masih banyak lagi kenangan manis dan jasa-jasa beliau buat saya yang tidak bisa saya ceritakan satu per satu. Terima kasih Bhante, terima kasih buat kenangan indah yang telah engkau berikan hingga akhir hayatmu.
Martha Meilan (The Giok Lan), ibunda almarhum 
Bhante merupakan anak pertama yang lahir pada 12 Agustus 1962 dan diberi nama Lim Eng Han atau yang biasa disebut Aan. Bhante sedari kecil sudah kelihatan pengasih dan sayang kepada adik-adik dan orangtua. Karena kondisi ekonomi keluarga saat itu sangat susah, Beliau sampai tidak mau melanjutkan sekolahnya ke SMA dan memilih bekerja untuk membiayai sekolah adik-adiknya. 
Bhante Aan di waktu kecil suka sakit-sakitan. Kakek dan neneknya  sangat sayang pada Beliau. Dahulu neneknya suka membawa Bhante kecil ke kelenteng dan sembahyang dan diperlakukan sebagai anak kuipang oleh Dewi Kwan-Im. Setiap tanggal 1-15 penanggalan Cina, pasti dibawa ke Kelenteng untuk sembahyang Dewi Kwan-Im. 
Sewaktu dulu, Kakeknya adalah pemborong bahan-bahan bangunan. Berlatar belakang mengenal dunia bangunan, oleh karena itu sewaktu membangun wihara, Bhante Jayabhumi-lah yang merancang bangunannya sendiri. Di usia 20 tahun, Bhante sudah memohon kepada saya untuk diberi izin menjadi Bhante.
Tetapi saya belum bisa memberikan izin pada waktu itu karena adik-adiknya belum ada yang bisa bertanggung jawab seperti Beliau, sampai kurang lebih 2 tahun setiap hari di waktu pulang kerja Beliau memohon pada saya, tapi saya selalu berkata :” Aan tunggulah dulu sampai adikmu lulus, atau kuliah dulu”. Bhante berkata:” Mama jangan takut , nanti pasti ada yang bisa menggantikan Aan”, ujar Bhante
Sewaktu malam tahun baru, kami sekeluarga berkumpul dan sehabis makan-makan, Bhante memohon izin untuk pergi ke vihara untuk tidur disana dan sembahyang. Kira-kira setengah jam setelah Bhante pamit pergi meninggalkan rumah, tiba-tiba ada orang datang dan memberi kabar bahwa Bhante ditusuk orang di dekat Vihara Dharmakirti. Kami sekeluarga sangat terkejut, sedih sekali hati saya melihat Bhante di Rumah Sakit dalam keadaan yang kritis.
Sayapun berdoa memohon kepada Tuhan, “Semoga Bhante di panjangkan umur dan selamatkanlah dia!! Jikalau dia sembuh dan sehat, maka saya berjanji kepada Tuhan sekarang pun akan mengizinkan permohonannya untuk menjadi Bhante”. Doa saya dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, lambat laun kondisi Bhante semakin membaik dan kembali sehat. Seperti janji saya semula, sayapun memberikan izin kepada Bhante untuk menjadi Bhiksu.

Waktu demi waktu berlalu, saya semakin sadar, bahwa apa yang dahulu dikatakan Bhante memanglah benar. Dahulu Bhante pernah berkata, “Mama, jangan takut, nanti pasti ada yang menggantikan saya untuk membantu keluarga sama seperti saya yang sangat sayang kepada adik-adik, mama, dan juga nenek (oma). Sungguh karma baik yang luar biasa yang telah Bhante berikan kepada kita semua. Terima kasih Bhante, semoga amal baiknya di terima oleh Tuhan dan diampuni segala kesalahan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan. 
Maria Yanti (Ong Oen Lien), nenek dari almarhum 
 Saya adalah nenek dari Bhante Jayabhumi, bagi saya Bhante adalah cucu yang baik. Tidak hanya dengan omanya saja, melainkan dengan sanak keluarga lain. Ada sedikit cerita sewaktu mama Bhante sedang mengandung Bhante, tiba-tiba sewaktu tidur memimpikan ada bulan jatuh di pangkuan mamanya. Sewaktu bangun tidur, mama Bhante langsung senang, mungkin ini pertanda yang baik pula. Tak lama kemudian, kandungan mama Bhante semakin besar dan tibalah saatnya untuk melahirkan Bhante. Bhante kecil lahir dalam suasana meriah 17 Agustus dengan banyaknya hiasan-hiasan bendera di masing-masing rumah. Pada saat umur Bhante 3 tahun, Bhante baru mempunyai adik lagi.

Sewaktu Bhante sekolah, Bhante merupakan anak yang pandai. Nilai-nilai di bangku sekolahpun cukup memuaskan. Seseorang Bhante di saat remaja, tidaklah nakal mengikuti arus pergaulan. Melainkan adalah sosok yang ramah dan bersahaja. Bhante memiliki bakat tersembunyi, yakni bisa melukis dan beladiri khususnya Kung-Fu. Bhante tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah lebih tinggi, karena membantu mamanya untuk membiayai kebutuhan rumah dan sekolah adik-adiknya. Sewaktu Bhante menerima gaji, pasti beliau akan selalu membelikan saya kain, baju, makanan, dan masih banyak yang lain lagi. Sedari remaja, Bhante memang sudah suka hal-hal menyangkut agama Buddha. Dari lagu-lagu, film-film, dan lain-lain. Terlihat saat keluarga mengajak Bhante untuk ke gereja, Bhante tak pernah bersedia. Beliau lebih memilih untuk berdoa dan mendengarkan renungan di vihara. Sejak lahir merupakan anak yang mempunyai kasih, sampai akhir hayatpun tetap berbuat kasih bagi sesama. Sungguh mulia apa yang engkau perbuat Bhante. Selamat jalan Bhante, semoga amal baik mu di dunia diterima di sisi Tuhan dan dimudahkan jalan menuju kebahagiaan abadi. Oma dan seluruh keluarga sangat menyayangi Bhante.
Perjalanan kebhikkuan (Alm) Y.M. Nyana Jayabhumi Maha Sthavira:  
12 Agustus 1962                       - Lahir di Palembang dari pasangan Bapak Muslim dan Ibu Meilan. Merupakan sulung dari 7 bersaudara dan diberi nama Djohan (Lim Eng Han).
 Agustus-September 1989         - Mengikuti Program Latih Diri Pabajja Samanera Sementara di Sibolga, Sumatera Utara. 19 Mei 1990                               - Ditahbiskan menjadi seorang samanera dengan nama Nyana Jayabhumi (Xue Fung) oleh Mahasthavira Dewa Dhamaputra dengan guru pembimbing Mahasthavira Aryamaitri di Vihara Maitribhumi - Kota Bumi, Lampung Utara.
 18 September 1991 - Di Upasampada sebagai Bhikku secara Theravada di ViharaSakyawanaram, Pacet, Cianjur. Oktober 1991 - Ditahbiskan secara Mahayana di Re Yue Chan She, Taiwan dengan guru penabhis Mahabiksu Ching Hsin.
 17 September 2011 - Beliau mangkat setelah sempat dirawat di RS Charitas, Palembang selama 3 hari.   
20 September 2011 - Jasad Beliau dikremasikan di krematorium Sampurna, Palembang. Abu Beliau kemudian disemayamkan di Vihara Samantabhadra, Palembang.
Perjalanan pengabdian (Alm) Y.M. Nyana Jayabhumi Maha Sthavira:  
· Wakil kepala Vihara Aryamularama, Gadog, Pacet, Cipanas
· Pembina Yayasan Karaniya, Yayasan Sakyamuni Bengkulu, Yayasan Cakka Mahajaya Jambi, Yayasan Triyanawardhana, dan Yayasan Balaputradewa Indonesia.· Pemprakarsa pemugaran Vihara Vimalakirti, Vihara Avalokitesvara, Vihara Amritabhumi dan beberapa Cetya di Pulau Bangka.· Koordinator Sangha Agung Indonesia Wilayah II periode 2002-2007· Staff Maha Adhikari Bidang Bina Sarana Sangha Agung Indonesia periode 2007-2011· Purnapugar Vihara Dharmakirti dan Vihara Maitribhumi di Palembang· Pendiri dan kepala Vihara Samantabhadra, Palembang.   
dikutip dari Majalah Mudra edisi 5 tahun 2012

3 comments:

  1. dilihat dari kalimat dibawahnya, Maria Yanti (Ong Oen Lien) adalh nenek Bhante, bukan Ibunda. :)

    ReplyDelete
  2. oh iya, ada kesalahan copy kalimatnya. Terima kasih atas koreksinya

    ReplyDelete
  3. Terima kasih bhante nyana jayabhumi atas paparan dan perjuangan dhamma cinta kasih buddha yang diberikan untuk semua umat buddha.
    Karma baik selalu berbuah karma baik yang sungguh indah dan penuh cinta kasih dari Buddha.
    Sadhu3x

    ReplyDelete

 
 
Blogger Templates