Social Icons

31 December 2012

SELAMAT TAHUN BARU 2013

SEKBER PMVBI (PEMUDA BUDDHAYANA)
PROV. SUMATERA SELATAN

mengucapkan

SELAMAT TAHUN BARU 2013

semoga di tahun yang baru ini membawa kebahagiaan
bagi kita semua dan semakin memperkokoh
keyakinan kita pada ajaran Sang Buddha.

Tetap bersatu dalam semangat Buddhayana.

Semoga Semua Selalu Berbahagia :)

24 December 2012

Mukernas XIV Sekber PMVBI


Kontingen Sumsel 
16 provinsi berkumpul bersama di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta dalam acara Musyawarah Kerja Nasional ke-14 yang berlangsung dari 22-25 Desember 2012. Acara yang merupakan agenda tahunan dari Sekjen ini membahas evaluasi kerja selama satu tahun dan menyusun program kerja nyata selanjutnya.

Tema Mukernas kali ini yaitu One Piece: Bernafas bagai satu tubuh, bergerak bagai satu tubuh menuju ke satu tujuan. Tema yang indah dan menggerakkan hati kita untuk bergerak bersama-sama menuju ke satu tujuan yaitu karya-karya terbaik untuk PMV/C di seluruh Indonesia.

Sambutan Ketua Sekjen
Rombongan Sekprov Sumsel diwakili oleh Erwin Husin, Lisan Putra, Martin Valentino dan Rico Agus Hendro yang tiba di PJ pada tanggal 22 Desember malam. Lanjut esok harinya (23/12) diadakan upacara pembukaan Mukernas XIV yang dihadiri oleh perwakilan SAGIN (Bhante Arya dan Bhante Vim), perwakilan PP MBI (diwakili Ko Budiman), Ketua Yayasan Ashin Jinarakkhita dan perwakilan dari Wanita Buddhis Indonesia. Seremonial puncak ditandai dengan pemukulan gong oleh Bhante Arya sebagai penanda Mukernas XIV Sekber resmi dibuka.


Pemukulan gong pembukaan



Pembekalan Bhante Saddha
Setelah pembukaan oleh SAGIN, acara dilanjutkan dengan sosialisasi hasil Sangha Samaya oleh Bhante Vim, pembekalan oleh Ketua PP MBI, Bpk Sudhamek, diskusi bersama SAGIN, MBI, WBI dan SEKJEN. Malam harinya setelah bersih diri dilanjutkan dengan sesi pembekalan oleh Maha Nayaka SAGIN yaitu Bhante Saddha. Acara hari ke-2 ditutup oleh sidang paripurna laporan gerak dan aktifitas dari tiap provinsi yang berlangsung hingga senin pagi (24/12). 

Laporan Sekprov
Hari ke 3 (24/12) dilanjutkan dengan laporan gerak dari Sekjen yang dipaparkan langsung oleh Sekjen Sekber PMVBI, Ko Suryanto. Setelah pemaparan sidang paripurna dibagi menjadi 2 komisi yaitu komisi organisasi & PSDM dan DPP IPGABI. Malam harinya Mukernas XIV ditutup secara resmi oleh YM Bhante Nyanamaitri yang hadir bersama alumni aktivis Sekber PMVBI yaitu para mantan Sekjen Sekber PMVBI. Setelah makan malam bersama dan pidato penutup, secara resmi Bhante Nyanamaitri memukul gong tanda berakhirnya Mukernas XIV ini.



Dalam Mukernas XIV ini juga diberikan penghargaan kepada beberapa pengurus Sekprov yang dinilai berhasil selama 1 tahun kepengurusan di tahun 2012.

Sekprov Teraktif Pulau Sumatera 2012  : Sekprov Kep. Riau
Sekprov Terkreatif Pulau Sumatera 2012  : Sekprov Sumatera Utara

Sekprov Teraktif Pulau Jawa, Ind Timur dan Tengah 2012  : Sekprov Bali
Sekprov Terkreatif Pulau Jawa, Ind Timur dan Tengah 2012  : Sekprov Jawa Timur

Maskot GABI Nasional terpilih maskot dari Sekprov Jawa Barat.

Demikian Mukernas XIV tahun ini, sampai jumpa lagi di acara nasional lainnya.

10 December 2012

Kirab Sriwijaya 2012


Seperti tahun sebelumnya, maka pada tahun ini Yayasan Kirab Sriwijaya Palembang akan kembali mengadakan acara Kirab yang akan dilaksanakan pada tanggal 21-23 Desember 2012.

Rute yang akan ditempuh pada tahun ini tidak sejauh rute tahun lalu. Pada tahun ini akan ada 2 jenis kirab yaitu kirab darat dan kirab sungai.
Berikut susunan acara dan rute kirab 2012:

Rabu, 19 Desember 2012
  • Pkl 17.00-selesai  Pembersihan alam ritual (Api Homa) oleh Rinpoche Tulku Asyak di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS).
Jumat, 21 Desember 2012
  • Pkl 09.00-12.00 Penyambutan Pratima (rupang) peserta kirab di Vihara Samantabhadra sekaligus ritual penyambutan. Acara akan dibuka oleh Walikota Palembang, Eddy Santana Putra.

  • Pkl 13.00 Semua pratima dibawa ke Bukit Siguntang untuk dilakukan ritual akbar.
  • Pkl 17.00 Semua pratima dibawa menuju ke Rumah Kapiten Palembang untuk dilakukan nien cing/paritta, bajhan dan api homa.


Sabtu, 22 Desember 2012
  • Pkl 09.00-10.00 Dari Rumah Kapiten semua pratima dibawa ke kelenteng Che Meng Lau (marga Ho) di Jalan Trikora.
  • Pkl 11.00 Ritual undang dewa oleh Saikong Tiongkok 
  • Pkl 16.00 Menuju ke Sai Centre Palembang, Jl. Letda A.Rozak.
  • Pkl 18.00 Prosesi kirab darat dimulai
    • Start: Sai Centre --> Vihara Samantabhadra --> Kltg Wie Leng Keng (marga Tan) depan Pakri --> Kltg Giok Po Tian (marga Liaw) --> Sinar Agung Tao (blkg Sai Center) --> Kltg Peh Hun Tan (Kwan Im) --> Kltg Liong To Keng (marga Theng) --> Finish Kltg Hua Leng Keng (marga Ong).
    • Selesai kirab, semua pratima dibawa kembali ke Kltg Soei Goat Kiong (Kwan Im 10 Ulu)
Minggu, 23 Desember 2012
  • Pkl 06.00 Ritual Api Homa di Kltg Soei Goat Kiong (Kwan Im 10 Ulu)
  • Pkl 09.00 Naik kapal menuju Kltg Hok Cin Bio P. Kemaro untuk ritual kemudian menuju dermaga ferry 35 ilir --> naik mobil menuju TPKS --> acara protokoler Pemda Kota Palembang.
Senin, 24 Desember 2012
  • Pkl 11.00-15.00 Ritual Ko Kun (penutupan kirab) di Kltg Che Meng Lau.
Informasi ini bisa dilihat disini

08 December 2012

Nomophobia, ketika ponsel menjadi sumber derita

Banyak fobia yang sudah muncul sejak ratusan tahun yang lalu (takut badut, takut ruang sempit, takut ketinggian), namun ada satu fobia yang baru saja muncul, yakni nomofobia. Ini merupakan kondisi seseorang yang ketakutan berlebih saat tidak membawa atau menggunakan ponsel (no mobile phone phobia, nomophobia).

Penderitanya merasa “terputus dari dunia luar” saat tidak bersama ponsel. Tapi tentu tingkat nomofobia bervariasi dan mungkin saja tidak terlalu terasa oleh sebagian orang.

Apa saja ciri-cirinya? Antara lain, merasa khawatir saat ponsel dalam kondisi tidak aktif atau mati dalam waktu yang lama; terobsesi selalu mengecek ponsel mulai dari panggilan tak terjawab, email atau SMS; selalu memastikan baterai ponsel penuh; stres ketika pesan BBM pending atau “lemot”; dan, seperti disebutkan di atas, selalu membawa serta ponsel Anda ke kamar mandi untuk tetap terhubung.

Pada Februari 2012, studi yang dipublikasikan SecurEnvoy terhadap 1000 orang di Inggris menunjukkan, dua pertiga responden takut bila tanpa ponsel.

Pengguna usia muda, antara 18 hingga 24 tahun, adalah rentang usia terbanyak yang mengalami adiksi atau kecanduan terhadap perangkat bergerak mereka.

Sebanyak 77 persen di antaranya mengaku tak dapat jauh dari ponsel mereka dalam waktu yang cukup lama (baca: beberapa menit!), sementara “hanya” 68 persen dari rentang umur 25 sampai 34 tahun merasakan hal serupa.

Selain mengecek ponsel mereka setidaknya 34 kali dalam sehari, menggunakan ponsel saat berada di toilet digambarkan sebagai “bentuk modern dari membaca koran saat di toilet”.

Selain itu, penelitian tersebut juga menemukan fakta bahwa sekitar 49 persen pengguna ponsel merasa risih jika pesan atau SMS dalam ponsel mereka dibaca pasangannya. Kebanyakan dari mereka (atau kita) juga tidak menggunakan sistem pengaman untuk ponsel.

Setidaknya hanya 46 persen pengguna yang menggunakan kode password sebagai pengaman, dan hanya 10 persen yang menambahkan enkripsi pada data-data penting.

Penderita nomofobia tentunya memiliki kesempatan untuk sembuh. Salah satu metodenya adalah dengan memisahkan pasien dari ponsel dan barang elektronik lainnya selama 10 hari.

Setidaknya dalam 10 hari itu, para pasien akan dapat melihat bahwa dunia tidak kiamat dan terus berjalan normal walaupun ponsel tidak di tangan.

Jika Anda merasa memiliki ketergantungan pada ponsel, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sendiri. Misalnya, buat komitmen pribadi untuk mematikannya beberapa jam dalam satu hari. Jangan keluarkan ponsel saat sedang makan bersama keluarga atau saat berolahraga. Isi waktu luang dengan kegiatan fisik lain seperti olahraga atau membuat prakarya.


dikutip dari yahoo
------------------------------------------------------------------------
Sang Buddha mengajarkan untuk tidak melekat. Bagaimana kita melatih ketidakmelekatan? Kita berlatih hanya dengan melepaskan kemelekatan, namun ketidakmelekatan ini sangat sulit untuk dipahami. Perlu kebijaksanaan yang kuat utk menyelidiki dan menembusnya, untuk benar-benar mencapai ketidakmelekatan.


Bila anda memikirkannya, apakah orang-orang bahagia atau sedih, puas atau tidak puas, tidak tergantung pada apakah mereka punya banyak atau punya sedikit - tetapi tergantung pada kebijaksanaan. Segala kesulitan bisa dilampaui hanya melalui kebijaksanaan, dengan melihat kebenaran dari segala sesuatu.

Jadi, Sang Buddha menasehati kita untuk menyelidiki, untuk merenungkan. ‘Perenungan’ ini artinya mencoba untuk menyelesaikan masalah-masalah ini dengan benar. Inilah latihan kita. Seperti kelahiran, usia tua, sakit dan kematian - ini adalah peristiwa-peristiwa yang paling alamiah dan umum. Sang Buddha mengajarkan untuk merenungkan kelahiran, usia tua, sakit dan kematian, tetapi beberapa orang tidak memahami hal ini. Mereka berkata, "Apanya yang perlu direnungkan?." Mereka dilahirkan tetapi mereka tidak tahu apa itu kelahiran, mereka akan mati tetapi mereka tidak memahami kematian.


Dasar ajaran Buddha tidaklah banyak, hanya ada kelahiran dan kematian dari penderitaan, dan hal inilah yang Sang Buddha katakan sebagai kebenaran. Kelahiran adalah penderitaan, usia tua adalah penderitaan, sakit adalah penderitaan dan kematian adalah penderitaan. Orang-orang tidak melihat penderitaan ini sebagai kebenaran. Jika kita mengetahui kebenaran, maka kita pun mengetahui penderitaan.

Seseorang yang menyelidiki hal ini terus-menerus akan memahami. Setelah memahami, secara bertahap ia akan menyelesaikan masalah-masalahnya. Walau pun jika ia masih memiliki kelekatan, jika ia memiliki kebijaksanaan dan memahami bahwa usia tua, sakit dan kematian adalah sifat alam, maka dia akan bisa meringankan penderitaan. Kita mempelajari Dhamma hanya untuk ini—untuk mengobati penderitaan.


sumber

07 December 2012

Mengungkap Rahasia Kebahagiaan


Bhante Kheminda menguraikan konsep Yoniso Manasikara (: Sikap Batin yang benar). Ini adalah proses kognitif yang menjadi prasyarat untuk berkembangnya kebijaksanaan (Wisdom, pali: panna) dalam bentuk Pandangan yang benar (Right view, Samma ditthi).

Secara etimologis, Yoniso berasal dari kata 'yoni' yg berarti 'kandungan' atau 'asal mula'. Sedangkan kata manasikara berasal dari 'manasi', artinya in the mind dan 'kara' to make it happen atau to bring it into. Jadi yoniso manasikara berarti 'membawa asal mula dari segala fenomena ke dalam batin'.

Asal mula dari fenomena, dalam hal ini, adalah karma kita sendiri yang Anicca (impermanent), Dukkha (unsatisfactory) dan Anatta (Not-self). Jadi, batin kita harus memahami bahwa segala sesuatu adalah berasal dari karma kita sendiri. Ini adalah penjelasan dari kitab-kitab kuno (komentar). Di dalam sutta (salah satu Tri Pittaka, Kitab Suci Agama Buddha) biasanya Buddha menjelaskan dalam konteks Anicca, Dukkha dan Anatta tsb.

Yoniso manasikara diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi Right Attitude, atau Right Attention. Tadi malam malam beliau mencoba menterjemahkannya secara bebas menjadi: "Sikap batin yang benar" (: benar dalam artian sampai ke akar penyebab masalahnya).

Selanjutnya Beliau menekankan Kebahagiaan itu seiring sejalan dengan "Pandangan yang benar" (Right view, Samma-ditthi). Oleh sebab itulah pandangan kita harus benar. Dengan pandangan yang benar kita akan menjadi bahagia. Dalam hidup, kita itu menjadi menderita karena tidak bisa menerima realita tapi berharap terjadi yang sebaliknya. Misal: Kita berharap air mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yg lebih tinggi, Matahari terbit dari barat, suatu pertemuan tidak diakhiri dengan perpisahan, proses penuaan dapat dihentikan dll.

Beliau mensarikan bahwa  "Pandangan benar" itu adalah mengetahui dan menyadari sedalam-dalamnya tentang:
1. Berlakunya Hukum Karma (Hukum Sebab akibat);
2. Empat Kesunyataan Mulia. (meskipun hal ini tdk saya kupas tadi malam)
3. Berlakunya hukum Ketidak-kekalan (segala sesuatu yang tercipta/berbentuk/terkondisikan adalah tidak kekal);
4. Berlakunya hukum kesaling-tergantungan (segala phenomena kehidupan itu adalah saling kait mengait. Tidak ada satupun phenomenon yang berdiri sendiri).

Beliau mengajarkan ada 2 (dua) langkah kunci menuju ke kebahagiaan:
1. Menyadari sedalam-dalamnya bahwa segala sesuatu yang masuk ke indera-indera kita (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan batin) adalah buah dari karma kita sendiri; sedangkan reaksi-reaksi kita terhadapnya adalah karma baru yang kita ciptakan.  
2. Dalam menghadapi kejadian yang sedang menimpa kita tersebut, sikap batin kita harus "positif" (benar). Jangan menyalahkan orang lain atau kondisi di luar kita. Sebaliknya hadapilah, rangkullah (embrace) dan terimalah apa yang terjadi itu sebagai sesuatu yang memang sudah sepantasnya terjadi pada diri kita karena sedang bekerjanya Hukum Sebab Akibat (dari perbuatan atau pikiran kita).

Selanjutnya perlu disadari bahwa pikiran kita itu suka "ngeluyur" ke masa lalu dan masa depan. Kita sering menyesali apa yang terjadi atau telah kita lakukan dan kita juga mengkhawatirkan apa yang akan terjadi. Padahal belum (tentu) terjadi. Itulah buah pikiran dari "masa lalu" dan "masa depan" yang menyiksa kita. Kita harus bisa mensyukuri hidup kita di saat ini dan di sini (here & now). Bukankah kita sudah tumimbal lahir ribuan kali dengan penderitaan yang jauh lebih berat di berbagai alam samsara (penderitaan). Dan kalau sampai hari ini kita masih berada di sini sebagai manusia dan bisa mendalami Buddha Dharma, apa lagi yang masih harus kita takutkan dan khawatirkan? Jangan biarkan diri kita tersiksa oleh perasaan kita (menyesal karena masa lalu & khawatir akan masa depan). Itulah sumber penderitaan. Berfikirlah positif (Positive thinking).

NOTE SA:
Di barat pandangan sejenis ini sekarang juga berkembang menjadi cabang baru dari psychology, yaitu yang disebut dengan "Positive psychology". Cabang baru ini merupakan pengembangan conventional psychology yang lebih melihat manusia dari sisi negatifnya, kelemahannya.

Positive psychology justru melihat manusia dari sisi kekuatannya, sisi positifnya sehingga potensi manusia bisa dikembangkan secara optimal.

Sehubungan dengan itu Bhante Kheminda juga memberikan resep untuk mengelola kesalahan kita (Mistake management) dalam 3 (tiga) langkah:
1. Mengakui kesalahan: dengan mengakui kesalahan, maka dalam batin kita telah berkembang suatu kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini akan menjadi "reminder" kita pada saat kita akan melakukan kesalahan sejenis.
2. Meminta maaf baik kepada diri sendiri maupun kepada orang yang kita salahi. Dengan ini kita akan mengobati luka batin kita & luka pada diri orang yang kita salahi.
3. Berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan tersebut.
Dan, seandainya dengan melakukan ketiga langkah tersebut, kita masih melakukan kesalahan yang sama, maka praktikkan ketiga langkah tersebut di atas lagi. Tidak ada keajaiban di dalam latihan spiritual kita; tidak ada instant solution. Semuanya membutuhkan proses; tetapi kalau kita bisa mempraktikkan yoniso manasikara, maka setiap detik, setiap saat, meskipun kita sedang berada di dalam situasi yang burukpun,  adalah kebahagiaan. Pada saat semua orang memusuhi kitapun, disitu ada kebahagiaan; karena kita bisa  menjaga batin kita tetap positif. Kebahagiaan bukanlah tujuan, melainkan perjalanan itu sendiri. Oleh karena itu, hargailah setiap detik yang ada dengan penuh kebijaksanaan.

BE HAPPY!!


Penulis :Sudhamek AWS
dikutip dari http://buddhayana.or.id/isiarticle.php?Lang=Ind&ID=6

Kisah Keliling Tiga Lingkaran Dari Tibet

Dahulu kala di Tibet, ada seseorang bernama Adiba, setiap kali ia bertengkar dan marah pada orang, dengan segera ia akan pulang lalu berlari mengelilingi rumah dan tanahnya sebanyak 3 kali, kemudian duduk tersengal-sengal. Adiba sangat rajin bekerja, rumahnya makin lama makin besar, tanahnya juga makin luas, namun tak peduli berapa pun besar rumah dan tanahnya, setiap bertengkar atau marah, ia tetap akan berlari mengelilingi rumah dan tanahnya sebanyak 3 keliling. Semua orang heran mengapa Adiba setiap kali marah akan berlari 3 keliling mengelilingi rumah dan tanahnya, namun bagaimanapun ditanya, Adiba tak bersedia menjelaskan. Hingga suatu saat ketika Adiba beranjak tua, rumah dan tanahnya makin luas, pada saat marah dengan memegang tongkat ia mengelilingi rumah dan tanahnya, hingga ia selesai, matahari telah terbenam.


Adiba duduk sendiri tersengal-sengal nafasnya, cucunya duduk disebelah dan memohonnya : “Kakek, usiamu telah lanjut, sekitar area ini juga tak ada seorangpun yang memiliki tanah seluas milikmu, jangan seperti dulu lagi setiap marah berkeliling 3 putaran. Bolehkah kau katakan padaku rahasia ini ?”


Adiba tak tahan mendengar permohonan cucunya, akhirnya diungkapkanlah rahasia yang selama ini terpendam dalam hatinya.

Ia berkata, “ketika aku muda dan setiap bertengkar, berdebat dan marah, kemudian berlari keliling 3 putaran, sambil berlari sambil aku berpikir, rumah dan tanahku demikian kecil, mana aku ada waktu dan mana aku punya hak marah pada orang lain ?”. Berpikir demikian, hilanglah amarahnya, waktunya dipergunakan untuk berjuang dan berusaha keras.

Cucunya bertanya lagi, “Kakek, umurmu sudah lanjut, juga sudah menjadi orang terkaya, mengapa masih lari berkeliling demikian ?”, Adiba dengan tersenyum berkata,

“Sekarang aku masih bisa marah, saat marah sambil berjalan keliling 3 putaran sambil berpikir, rumah dan tanahku sudah sedemikian luas, untuk apa aku perhitungan dengan orang lain ? maka hilanglah amarahku.”

RENUNGAN:

Setiap mawar berduri, sama seperti sifat dalam setiap diri manusia, ada sebagian hal yang tak dapat kau tahan/sabar. Melindungi sekuntum bunga mawar, tidak harus menghilangkan durinya, hanya bisa belajar bagaimana tdak terluka oleh durinya, dan masih ada lagi, yaitu bagaimana tidak membiarkan duri kita melukai orang yang kita cintai.

05 December 2012

Temu Karya X Sumbagsel

Temu Karya ke-10 tahun 2012 yang merupakan ajang kreativitas dan sportivitas pemuda/i Buddhayana kali ini akan mengambil tempat di Vihara Kumala Bodhi, Pangkalpinang, Bangka Belitung. Acara tahun ini akan diikuti ratusan peserta yang berasal dari PMV/C yang tersebar di 4 provinsi yaitu Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jambi dan Bengkulu.

Acara ini akan berlangsung dari tanggal 27-31 Desember 2012. Ada 8 jenis perlombaan yang akan dipertandingkan selama Temu Karya yaitu :

  1. Lomba Dhammapada
  2. Lomba Cepat Tepat
  3. Lomba Dhammadesana
  4. Lomba Baca Sutra (Liam Keng)
  5. Lomba Mading
  6. Lomba Seni Tari Kreasi Baru
  7. Lomba Cerita GABI
  8. Lomba Basket
Berikut jadwal acara Temu Karya X:

 Tanggal 27  Desember 2012 :§  Kedatangaan peserta ,paling  lambat sampai  pukul 16.00 WIB
§  Daftar ulang peserta  pukul 16.00 s/d 17.00 WIB
§  Bersih diri  pukul 17.00 s/d  18.00 WIB
§  Makan malam  pukul 18.00 s/d 19.00
§  Puja bakti pukul 19.00 s/d 19.30 WIB
§  Perkenalan para peserta Temu Karya pukul 19.30 s/d 20.00 WIB
§  Technical meeting dan gladi resik pukul 20.00 s/d 21.30 WIB
 2.   Tanggal 28 Desember 2012
§  Bersih diri pukul 05.00 s/d 07.00 WIB
§  Makan pagi pukul 07.00 s/d 08.00 WIB
§  Pembukaan acara STKD pukul 08.00 s/d 10.00 WIB
§  Lomba Cerdas cermat  & lomba  karya mading  pukul 10.00 s/d 16.00 WIB
§  Break Makan siang pukul 12.00 s/d 13.00 WIB kecuali peserta mading  pukul 13.00 s/d  14.00 WIB
§  Bersih diri pukul 16.00 s/d 17.30 WIB
§  Makan malam pukul 17.30 s/d 18.30 WIB
§  Puja bakti pukul 18.30 s/d 19.00 WIB
§  Lomba Cerita Anak pukul 19.00 s/d  22.00 WIB
 3.   Tanggal  29 Desember 2012
§  Bersih diri pukul 05.00 s/d 07.00 WIB
§  Makan pagi pukul 07.00 s/d 08.00 WIB
§  Puja Bakti pukul 08.00 s/d 08.30 WIB
§  Lomba Dhammapada  & lomba  Dhammadesana  pukul 08.30 s/d 16.00 WIB
§  Break Makan siang pukul 12.00 s/d 13.00 WIB
§  Bersih diri pukul 16.00 s/d 17.30 WIB
§  Makan malam pukul 17.30 s/d 18.30 WIB
§  Puja bakti pukul 18.30 s/d 19.00 WIB
§  Lomba Basket pukul 19.00 s/d 21.00 WiB
 4.   Tanggal  30 Desember 2012
§  Bersih diri pukul 05.00 s/d 07.00 WIB
§  Makan pagi pukul 07.00 s/d 08.00 WIB
§  Puja Bakti pukul 08.00 s/d 08.30 WIB
§  Lomba Pembacaan Sutra  & lomba  Basket  pukul 08.30 s/d 16.00 WIB
§  Break Makan siang pukul 12.00 s/d 13.00 WIB
§  Bersih diri pukul 16.00 s/d 17.30 WIB
§  Makan malam pukul 17.30 s/d 18.30 WIB
§  Puja bakti pukul 18.30 s/d 19.00 WIB
§  Lomba Tari Kreasi Buddhis pukul 19.00 s/d  22.00 WIB
5.   Tanggal 31 Desember 2012
§  Bersih diri pukul 05.00 s/d 07.00 WIB
§  Makan pagi pukul 07.00 s/d 08.00 WIB
§  Puja Bakti pukul 08.00 s/d 08.30 WIB
§  Final lomba Cerdas Cermat & Lomba Basket pukul 08.30 s/d 16.00 WIB
§  Break Makan siang pukul 12.00 s/d 13.00 WIB
§  Bersih diri pukul 16.00 s/d 17.30 WIB
§  Makan malam pukul 17.30 s/d 18.30 WIB
§  Puja bakti pukul 18.30 s/d 19.00 WIB
§  Penutupan acara STKD pukul 19.00 s/d selesai
 
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Lita : 081995459677  
Rita: 081918970078 
atau email : sekber_babel@yahoo.co.id

01 December 2012

In Memoriam YA Mahathera Sasanarakkhita


MENUJU ALAM BAHAGIA
Telah Wafat Guru Kita Y.A. MAHATHERA SASANARAKKHITA (Suhu Tengsin)

Pada hari Minggu, 25 November 2012, pukul 01.30 WIB.(Dini Hari) di Rumah Sakit Cimacan - Pacet 


Mendiang Bhiksu Mahathera  Sasanarakkhita
Bhiksu Mahathera  Sasanarakkhita atau yang lebih dikenal dengan nama Suhu Teng Sin, telah mengabdi menjadi Anggota Sangha selama 41 vassa, tanpa kenal lelah beliau mengabdikan diri untuk perkembangan umat Buddha di Indonesia. Beliau selama pengabdiannya banyak mendampingi Mendiang Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita dalam mengembangkan umat Buddha di Indonesia. Beliau juga sering mengikuti Mendiang Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita untuk membabarkan Dhamma ke daerah-daerah pelosok di Indonesia. 
Masa kecil
 Yang Mulia Mahathera Sasanarakkhita dilahirkan di Cirebon pada tanggal 10 Oktober 1947 dengan nama Tan Tay Kie, Beliau adalah putra dari Bapak dan Ibu Tan Kay Gie, namun perjalanan hidup Tan Tay Kie tidaklah mudah seperti kehidupan yang kita idamkan, pada waktu Tan Tay Kie baru berumur 40 hari ibunda Tan Tay Kie meninggal dunia, namun perjalanan Tan Tay Kie kecil harus mengalami kesedihan kembali karena dua tahun setelah ibunda Tan Tay Kie meninggal maka ayahnya menyusul meninggalkannya, sejak saat itu beliau menjadi yatim piatu dimana saat itu beliau masih memerlukan belaian kasih sayang dan bimbingan orang tua.
Sejak kepergian ayahnya, Tan Tay Kie kecil diasuh oleh ibu angkat beliau yang bernama Ibu Kusnati ( Lim Kui Sen Nio), Ibu Kusnati sangatlah sayang kepada beliau, sejak kecil Tan Tay Kie membantu ibunya untuk berjualan dirumah yang sekaligus menjadi tempat usaha yaitu sebuah rumah makan. Tan Tay Kie dididik menjadi pribadi yang mandiri oleh ibu beliau sehingga menjadi bekal sampai saat ini untuk menjalani kehidupan dewasanya kelak.

Mengenal Dhamma melalui pengabdiannya di Vihara
 Tan Tay Kie dewasa aktif mengikuti kebaktian di Vihara Dewi Welas Asih Cirebon, hari-harinya dihabiskan untuk mengabdikan diri di Vihara. Pada tahun enam puluhan dipelopori oleh Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita, Agama Buddha mulai merebak di seluruh Indonesia, begitu pula di Cirebon. Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita sering berkunjung ke Vihara Dewi Welas Asih Cirebon dimana Pemuda Tan Tay Kie pertama kali mengenal Dharma, mengenal Empat Kesunyataan Mulia dan Ajaran Buddha lainya. 
 Suatu saat Vihara Dewi Welas Asih Cirebon menerima kunjungan 17 orang Bhiksu dalam dan luar negeri antara lain dari Kamboja, Laos dan Bangkok. Kunjungan ke tujuh belas Bhiksu dalam rangka ceramah dan mewisudi para Upasaka dan Upasika, rombongan tersebut dipimpin  oleh Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita, seperti biasa umat Buddha memberikan persembahan makanan, sebagai muda-mudi Vihara, Tan Tay Kie ikut melayani, setelah selesai makan dan tengah menikmati hidangan penutup berupa Ice Cream, mata Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita selintas bertatapan dengan mata Tan Tay Kie yang tengah berbisik dalam hati, kalau ice cream-nya Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita tidak habis, Cup buat saya (Cup dalam bahasa Cirebon adalah mengeklaim sesuatu, agar tidak “direbut” oleh orang lain) siapa tahu bisa berkesempatan menjadi Anggota Sangha, dan entah sengaja atau tidak Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita tidak menghabiskan ice cream tersebut, tapi disisakan, tentu saja langsung diambil oleh Tan Tay Kie, mungkin itu merupakan buah dari karma baik sebagai petunjuk yang menyebabkan beliau kelak menjadi seorang Anggota Sangha.

Aktivis di organisasi kepemudaan Buddhis
 Tan Tay Kie termasuk pemuda yang aktif di Vihara, beliau pernah menjabat sebagai ketua paduan suara di Vihara Dewi Welas Asih Cirebon, Bendahara II GPBI Cirebon ( Generasi Pemuda Buddhis Indonesia ), dan pernah menjabat sebagai Komisaris I GPBI Cirebon. Disaat menjadi aktivis beliau bersama rekan-rekan beliau lainnya juga turut membantu perkembangan Agama Buddha di Cirebon dan sekitarnya, beliau sering melakukan kunjungan dan menjadi    Dharmaduta untuk mengajarkan Paritta kepada para umat di Vihara-vihara yang berada di Losari, Kadipaten, Jatiwangi, Tegal, Gebang dan Ciledug. 
 Mengingat keterbatasan fasilitas transportasi dan biaya pada saat itu Tan Tay Kie bersama-sama aktivis lainnya melakukan kunjungan dan pembinaan ke daerah-daerah menggunakan sepeda. Pagi-pagi sekitar pukul 06.00 beliau dan rekan-rekan berangkat dari Cirebon menggunakan sepeda dengan waktu tempuh sekitar 3-5 jam untuk menuju Vihara-vihara di daerah, ataupun apabila daerahnya cukup dekat maka pada Minggu pagi beliau melakukan kebaktian di Vihara Dewi Welas Asih kemudian pada pukul 11.00 WIB beliau berangkat ke Vihara-vihara yang dekat lainnya untuk mengajarkan Dhamma dan baca Paritta.

Melangkah menuju Sangha
 Pada tahun 1967, di Vihara Dewi Welas Asih Cirebon, Tan Tay Kie diwisudi Tisarana oleh Bhikkhu Jinagiri dengan nama Viria Bala.
 Tahun 1970, di tempat yang sama, Tan Tay Kie diwisudi Upasaka oleh Bhikkhu Jinawamsa ( saat ini dikenal dengan nama Romo Michael ) dengan nama Tanuki Jaya.
 Tahun 1971, di Vihara Vimala Dharma Bandung, Tan Tay Kie mengikuti Pabaja Samanera dan ditabiskan oleh YA. Bhikkhu Ugadhammo dengan nama Jayadhammo. Pada saat menjadi samanera ini ada pengalaman yang berkesan sampai saat ini, yaitu Samanera Jayadhammo diajak oleh Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita untuk melakukan kunjungan ke daerah-daerah untuk membabarkan Dhamma, pada saat itu Samanera Jayadhammo bersama dengan Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita melakukan perjalanan ke Medan dan untuk pertama kalinya Samanera Jayadhammo naik pesawat terbang, ada rasa takut dan rasa bersyukur saat itu. 
 Kemudian perjalanan menuju ke Manado dan dilanjutkan ke Gorontalo dengan menggunakan pesawat capung. Disaat perjalanan menuju Gorontalo dengan pesawat capung inilah  Samanera Jayadhammo merasa gemetar kembali karena penerbangan dengan menggunakan     pesawat capung, pesawat terbang tidak stabil (naik turun), di saat itu  Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita menepuk punggung Samanera Jayadhammo sehingga tubuh Samanera Jayadhammo tidak gemetaran lagi dan nyaman diatas pesawat.
 Tiga Bulan setelah menjadi Samanera, Samanera Jayadhammo di Upasampada menjadi seorang Bhikkhu, namun sebelum di Upasampada Samanera Jayadhammo ada sedikit keraguan dihatinya apakah sudah siap, maka diundur dua bulan, setelah dua bulan berlalu, masih ada keraguan juga dihatinya, atas pertanyaan Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita, ia mohon diijikan sio-pwe dialtar Kwam Im, Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita hanya tersenyum dan mengikuti kemauannya dan hasilnya setelah tiga kali sio-pwe Samanera Jayadhammo mantap dengan keputusannya untuk menjadi Bhikkhu. Guru Beliau YA. Bhikkhu Ugadhammo memberikan nama Sasanarakkhita kepada beliau.
 Beliaupun menerima kehidupan ini secara apa adanya, dalam kunjungannya ke daerah-daerah, beliau kadang-kadang mendapatkan persembahan makanan dari umat berupa singkong, ubi bahkan sepiring jagung untuk bertujuh, ya tidak apa-apa karena pada saat itu situasi ekonomi sedang kurang baik atau memang karmanya harus begitu.
Di Cetya Maha Bodhi, dimasa sulit sebelum Vihara Sakyawanaram selesai dibangun, beliau pernah memadamkan lilin altar seusai kebaktian agar bisa bertahan sampai dua atau tiga hari, karena waktu itu, masih belum banyak umat yang datang memberikan persembahan kepada Vihara. 
 Namun kondisi seperti itu tidak menggoyangkan tekad dan pengabdian beliau kepada Sangha, melainkan memberikan semangat kepada beliau sampai saat ini untuk terus menjadi anggota Sangha.

Membangun Vihara Sakyawanaram
 Atas arahan dari Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita, maka YM. Bhikkhu Sasanarakkhita diminta untuk memimpin pembangunan Vihara Sakyawanaram, dengan dana yang sangat terbatas namun dengan kerja keras dan kegigihan dari YM. Bhikkhu Sasanarakkhita dengan dibantu oleh Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita maka pembangunan tahap awal Vihara Sakyawanaram selesai dibangun. 
 Pada hari Minggu Wage tanggal 7 Oktober tahun 1973 pukul 17.00 WIB diadakan peresmian Vihara Sakyawanaram. Peresmian Vihara Sakyawanaram dilakukan antara lain oleh Mayjend Soedjono Hoemardani (Asisten Pribadi Presiden R.I ke 2 Bapak Soeharto) serta dihadiri oleh Brigjen M.S. Soemantri (Wakil kepala Staf Angkatan Darat, serta pernah menjabat sebagai Ketua Perbudhi cabang Jakarta) 
Vihara Sakyawanaram pun saat ini telah mengalami pembangunan dan renovasi dibeberapa bangunannya. Di Vihara ini pula banyak sekali catatan sejarah mengenai Perkembangan Agama Buddha di Indonesia. Untuk itulah YM. Mahathera Sasanarakkhita menjaga dan memelihara Vihara Sakyawanaram sampai saat ini dan menjadi Kepala Vihara Sakyawanaram. 

Dukungannya terhadap generasi Muda
 YM. Mahathera Sasanarakkhita juga turut mendukung untuk memajukan generasi muda Buddhis yang kelak akan membantu dan meneruskan perjuangan beliau. Selain banyak membantu dalam kegiatan yang diadakan oleh Sekber PMVBI / Pemuda Buddhayana, beliau juga banyak membantu anak-anak yang berprestasi dan kurang mampu secara ekonomi untuk diberikan beasiswa mulai dari sekolah menengah pertama bahkan sampai di perguruan tinggi.     


 
 
Blogger Templates