Social Icons

26 June 2012

Workshop Pembina GABI dan SMB Nasional


Mengambil tema "Dengan Semangat Pengabdian kita Tingkatkan Kualitas Pembina Sekolah Minggu Buddhis", DPP IPGABI Sekber PMVBI menyelenggarakan Workshop Pembina GABI dan SMB Nasional  kepada seluruh pembina GABI dan sekolah minggu Buddhis di Indonesia.  Sebanyak 82 orang yang berasal dari 14 provinsi di Indonesia berkumpul bersama di Prasadha Jinarakkhita mengikuti acara yang berlangsung dari 22-24 Juni 2012.

Memenuhi undangan tersebut maka Sekber Sumsel mengirimkan 6 orang perwakilannya mengikuti acara tersebut. Dari pihak Sekber Sumsel dikirim sdri Gusnawati, Ika Purnama Sari, Yessy sebagai perwakilan ditambah Michael (PPBD Dharmakirti), Niko Setiawan (Maitribhumi), dan Rhina (Samudra). Mereka bertolak ke Jakarta pada hari Jumat, 21 Juni 2012 menggunakan pesawat Batavia pukul 17.25 WIB.

Hari 1, 22 Juni 2012
Kontingen Sumsel pada sesi perkenalan
Hari 1 kegiatan diawali dengan proses registrasi semua peserta yang hadir. Tercatat 82 peserta dari perwakilan 14 provinsi yaitu dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Riau, Bangka, Lampung, Jambi, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah dan Yogyakarta hadir mengikuti acara tersebut. Setelah istirahat siang, acara dilanjutkan dengan konsolidasi daerah yang dibawakan DPP IPGABI dimana setiap perwakilan memperkenalkan anggotanya kepada semua peserta.
Sesi materi berikutnya dibawakan oleh Ida B. Kartika Dewi mengenai materi motivasi dan games untuk pembina sebanyak 2 bagian. Acara berlanjut pada sore hari diisi oleh Ibu Mutia mengenai siswa, terakhir peserta diberikan materi mengenai pemahaman Buddhayana  oleh Bapak Hendry Chandra.

Hari 2, 23 Juni 2012

Pembukaan acara
Hari ke 2 diawali dengan puja bakti bersama kemudian dilanjutkan upacara pembukaan acara Workshop Pembina GABI dan SMB Nasional. Doa dan Kata sambutan dari Sagin yang diwakili oleh Bhante Badraputra, MBI diwakili oleh Bapak Henwi Wijaya, ketua panitia Kusyanto, Ketua DPP IPGABI Novia Frederica Luis, ketua Sekjen Sekber PMVBI Suryanto, ST serta dari WBI oleh Ibu Meta.




Bro Lim (Lim Teik Liong)
Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi materi yang dibawakan oleh Bro Lim (Lim Teik Liong) pembicara dari Malaysia. Beliau membagikan pengalaman mengajar anak, cara mengetahui suasana hati anak yang tepat sehingga mereka bisa semangat untuk belajar ke vihara. Walaupun terkendala bahasa dikarenakan beliau kurang lancar berbahasa Indonesia acara tetap berjalan lancar dan menarik. 
Menggunakan bahasa Melayu dan Inggris, beliau mencoba mengajak para peserta untuk lebih semangat dan aktif dalam mengajar anak-anak.
Seperti yang dituturkan peserta dari Sumsel, Gusnawati yang mengatakan, "Walaupun diawal acara sedikit monoton dan membosankan dikarenakan kendala bahasa namun lama kelamaan materi yang disampaikan semakin menarik dan bermanfaat." 

Peserta diajarkan berbagai teknik mengajar
Cara memandu games ke anak-anak
Hari ke-2 ditutup oleh Sdr. Eddy Jonson yang menyajikan sesi kreativitas gerak, lagu dan kurikulum serta perayaan ultah kepada peserta yang berulangtahun pada bulan Juni 2012.

Hari 3, 24 Juni 2012

Di hari terakhir Workshop Pembina GABI dan SMB Nasional, sesi terakhir rangkaian acara masih dibawakan oleh Bro Lim yang memberikan praktek mengajar yang baik sebelum dilanjutkan sdr Eddy Jonson dalam sesi kreativitas gerak dan lagu. Akhir acara ditandai dengan pemutaran slide foto kegiatan dan foto bersama seluruh peserta dan ditandai pemukulan lonceng menandakan acara resmi ditutup.

Penutupan acara
Foto bersama
Demikian seluruh rangkaian 3 hari acara Workshop Pembina GABI dan SMB Nasional ini berlangsung. Semoga apa yang telah diajarkan dapat dibagikan kepada teman-teman lainnya.


Niko Setiawan
Niko yang merupakan perwakilan dari PBVMB menuturkan bahwa selama acara ia banyak mendapatkan pengalaman baru serta teman-teman baru. Dari sisi materi ia mendapatkan ilmu dan teknik mengajar yang baik sekaligus dapat mengenal pembicara dari luar negeri.






Rhina Andalika
Hampir senada dengan Niko, perwakilan dari Samudra Palembang ini mengatakan selain mendapatkan pengalaman baru ia juga mendapatkan efek positif yang dapat mendukung dirinya agar bisa menjadi lebih baik dalam mengajar.

20 June 2012

Tokoh Buddhist : Roberto Baggio


Siapa yang tidak kenal pemain Italia dengan ciri khas rambut kuncirnya? ya itulah Roberto Baggio, pemain Italia yang telah malang melintang di berbagai klub elite Liga Italia. Baggio kecil lahir di Venesia, Italia pada 18 Februari 1967 dan mempunyai 8 saudara. Ia memulai karir sepakbolanya bersama tim junior Italia pada Januari 1986 dan di Mei 1986 ia juga bergabung bersama klub Seri-A, Fiorentina. Penampilan cemerlangnya terus menanjak hingga pada tahun 1987 cedera menghambat karirnya. Selama masa itu, ia gagal menunjukkan penampilan terbaiknya. Di kala masa sulit tersebutlah Baggio mengenal ajaran Buddha setelah diperkenalkan oleh temannya Morrichio di Florence, Italia. Ajaran Buddha membuat dirinya tertarik dan sejak itu ia mulai rajin membaca buku-buku spiritiual. Baggio juga terdaftar sebagai anggota dari Organisasi Buddhist Internasional Soko Gakkai.

Di masa kecilnya, Baggio yang notabene berasal dari keluarga Kristen Katolik seperti biasa selalu pergi ke gereja. Baggio menjadi seorang Buddhist pada 1 Januari 1988. Di hari itu ia mendatangi rumah sahabatnya, Morrichio pada pagi hari dan mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang Buddhist. Temannya itu sungguh terkejut namun akhirnya temannya itu menerima keinginan Baggio. Resmilah di hari itu Baggio memeluk agama Buddha. Semenjak itu, ia tidak hentinya belajar meditasi dan berdoa 2 kali sehari selama 1 jam. Baggio pun mempercayai hukum karma, dimana setiap orang bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Sebelum mengenal Buddhisme, di kala ia mendapat cedera Baggio selalu berkata dalam dirinya ”Mengapa harus aku?”

Setelah memeluk Buddhisme, Ia belajar mengerti bahwa “kehidupan itu adalah kenyataan pahit” yang membuat ia meyakini masa depan dengan cara berbeda. Melalui keyakinan ini Baggio menyadari hidup adalah tantangan dan ajaran Buddha memberikan dirinya kekuatan untuk menghadapi semua hal.

Pada 2 Juli 1989, Baggio menikahi Andreina yang merupakan tetangga masa kecilnya. Pada awalnya keyakinan Baggio yang berbeda menimbulkan persoalan dari pihak keluarga dan sang istri. Namun perlahan sang istri dapat memahami pilihan sang suami bahwa Buddhisme lah yang telah membantu sang suami melewati semua rintangan. Andreina pun kemudian turut serta belajar meditasi dan berdoa. Baggio mengatakan bahwa tanpa Buddha, hidupnya akan menjadi tidak berarti dan dengan bangga mengklaim bahwa ia telah tidak pernah terlibat dalam skandal negatif sebelum dan masih setia dengan Andreina, semua berkat Buddhisme.



Penghargaan yang didapat:
  • Pemain Terbaik Eropa U-23 tahun 1990
  • 56 kali penampilan dan 27 gol untuk tim nasional Italia.
  • Medali Perunggu pada Piala Dunia 1990
  • Bermain di 16 pertandingan selama 3 edisi Piala Dunia 1990, 1994, 1998.
  • Pemain Italia pertama yang bisa mencetak gol di 3 edisi Piala Dunia.
  • Pencetak gol terbanyak Italia di Piala Dunia dengan 9 gol bersama Paolo Rossi dan Christian Vieri.
  • Pemenang Ballon d’Or tahun 1993.
  • Pemenang Piala UEFA bersama Juventus FC tahun 1993.
  • FIFA World Player of the Year tahun 1993.
  • Medali Perak pada Piala Dunia 1994.
  • Juara Seri-A bersama Juventus FC tahun 1995.
  • Mencetak 71 gol dari 79 kali kesempatan dari titik penalti di Seri-A dan 8 dari 9 kali bagi Italia. 
  • FIFA 100 Best Living Players: 2004.
  • Selama karir telah bermain di : Vicenza, Fiorentina, Juventus, AC Milan, Bologna, Intermilan, dan Brescia. Mencetak 205 gol di pentas Seri-A.
  • 2007 Fair Play Award.
sumber http://buddhistcelebrities.blogspot.com/2010/06/buddhist-personality-roberto-baggio.html dengan terjemahan.

15 June 2012

Siapa yang Mencuri Mutiara?


Alkisah, terdapat seorang biarawan Buddha (bhiksu) yang sedang berpindapatta (memberi kesempatan kepada umat untuk berdana makanan) mendatangi sebuah rumah. Ada seorang perempuan tua sedang duduk di dekat meja, di atasnya terdapat untaian mutiara.

Perempuan tua itu melihat sang bhiksu dan menyapanya dengan hangat. Lalu, ia menyuruh menantunya untuk membawa mangkuk milik sang bhiksu ke dapur dan mengisinya dengan makanan.

Dengan antusias, ia mengantar sang bhiksu memasukki rumah. Setelah mempersilakan sang bhiksu untuk duduk, ia meninggalkan ruangan untuk mengambil sesuatu. Ia kembali dengan segera setelah menantunya keluar dengan membawa mangkuk bhiksu yang sudah penuh terisi dengan makanan. Pada saat itu, perempuan tua tersebut tiba-tiba berteriak, "Mutiaraku hilang! Mutiara putihku yang paling berharga hilang!"

Melihat ibu mertuanya dengan cemas mencari mutiaranya, sang menantu bertanya kepada bhiksu apakah ia melihat mutiara tersebut. Sang bhiksu menjawab, "Tidak."

Anak lelaki perempuan tua itu mendengar keributan yang terjadi dari dalam kamarnya. Ia buru-buru keluar dan memaki sang bhiksu dengan kemarahan, "Bagaimana mungkin kamu tidak melihatnya? Ibu saya menaruh mutiara itu di atas meja, dan ia bersama isteri saya hanya pergi sebentar. Jika bukan Anda yang mengambil mutiara putih tersebut, siapa lagi yang melakukannya?"


Sang bhiksu diam saja. Keheningannya membuat lelaki tersebut semakin marah. Ia mengambil sebarang kayu dan mulai memukuli sang bhiksu. Ketika hal itu terjadi, seekor angsa terus berjalan mengelilingi sang bhiksu dan tidak mau pergi. Saking marahnya, lelaki tersebut pun melayangkan pukulan kepada angsa dan langsung membunuhnya.

Saat itulah sang bhiksu berkata, "Angsa itu telah menelan mutiara putih tersebut."

"Itu tidak mungkin!" Lelaki itu tidak mau mempercayainya.

"Ketika ibumu bangkit dari tempat duduknya untuk pergi ke kamarnya, tanpa sengaja ia telah menyenggol mutiara tersebut dan menyebabkan mutiara itu terjatuh dari meja. Kebetulan angsa ini lewat, lalu ia mematuk mutiara tersebut dan menelannya."

Semua orang yang menyaksikan kejadian ini meragukan kata-kata bhiksu tersebut. Sang menantu menyarankan agar perut angsa itu dipotong untuk membuktikan kebenarannya. Ketika mereka melakukannya, mereka benar-benar menemukan mutiara dalam perut angsa.

Dengan menyesal, anggota keluarga tersebut berlutut di depan sang bhiksu dan memohon pengampunan, terutama anak lelaki perempuan tua tersebut yang merasa sangat menyesal. "Anda melihat, angsalah yang menelan mutiara tersebut. Mengapa Anda lebih memilih dipukuli daripada menyatakan kepada kami hal yang sebenarnya?" gumamnya.

Sang bhiksu menjelaskan, "Saya khawatir kalau Anda akan memotongnya untuk mengeluarkan mutiara tersebut. Tetapi, sayangnya, Anda tetap melakukannya."

----------------------------------------------------------

Pesan Master Cheng Yen:

Sang bhiksu menahan kepedihan karena kesalahpahaman dan dipukuli demi menyelamatkan jiwa angsa. Bahkan, ia mengorbankan nyawanya untuk membela binatang tersebut. Jiwa yang tidak mementingkan diri sendiri ini benar-benar patut kita hargai.

Dalam berinteraksi dengan orang lain pada kehidupan kita sehari-hari, kita harus selalu mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan diri. Dengan cara ini, kita menguntungkan orang lain dan diri kita, juga menciptakan dunia yang dipenuhi dengan perbuatan dan niat yang baik.


sumber : kaskus.co.id

11 June 2012

Save The Earth From Global Warming

Save The Earth From Global Warming
Gerakan Penanaman Pohon
Lurah 15 Ulu bersama anak GABI
Kondisi lingkungan bumi kita saat ini tidaklah terlalu baik jika dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu. Kawasan hijau sekarang sudah hampir tergusur keberadaannnya oleh bangunan-bangunan beton terlebih lagi jika kita melihat di daerah perkotaan besar. Ditambah lagi kegiatan penebangan hutan secara ilegal telah turut menyumbang polusi pemansaan global dikarenakan terhambatnya proses penyerapan CO2 yang lazimnya dilakukan oleh tumbuhan hijau. Pencemaran lingkungan disinyalir menjadi penyebab rusaknya kondisi lingkungan kita.

Menyadari hal itu Persaudaraan Muda-Mudi Vihara Samantabhadra (SAMUDRA) berkerjasama dengan pembina SMB Vihara Samantabhadra mengadakan acara penanaman pohon di kawasan Jakabaring Palembang pada hari Minggu, 10 Juni 2012. Acara yang termasuk rangkaian Waisak 2556 BE serta untuk memperingati hari bumi yang jatuh pada 22 April lalu. Sekitar 200 bibit pohon akan ditanam oleh muda-mudi, anak GABI serta peserta acara yang meliputi pihak kelurahan, MBI Kota Palembang, Sekber Sumsel, PPBD, serta dari Padmajaya. Sekber PMVBI Sumsel sendiri menyambut baik acara ini dengan turut serta mengikuti keseluruhan acara.

Peserta acara
Bertempat di area kelenteng Mega Sakti kawasan 15 Ulu Jakabaring acara pembukaan diawali dengan laporan ketua panitia acara kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari bapak Lurah 15 Ulu. Ketua MBI kota Palembang turut memberikan kata sambutan yang kemudian disambung oleh sambutan dari perwakilan Sekber Sumsel. Acara pun dilanjutkan dengan doa yang dibawakan oleh Suhu Xien Ming.

Sebelum memulai acara, diadakan penyerahan simbolis bibit pohon dari ketua panitia kepada Lurah 15 Ulu yang kemudian menyerahkan kepada anak GABI SMB  sebagai tanda acara penanaman pohon dibuka.

Penyerahan bibit dari ketua panitia ke lurah
Lurah 15 Ulu menyerahkan bibit secara simbolis
Bibit pohon yang berjumlah 200-an buah itu kemudian ditanam di sepanjang jalan depan areal terminal Jakabaring. Semua peserta tampak antusias menanam, memupuk dan menyirami setiap bibit walaupun dibawah panas terik sinar matahari. Semua saling bahu membahu menanam semua bibit tersebut, mulai dari membawa bibit, membawa pupuk kompos, menyirami, serta mengikat bibit dengan bambu agar tidak roboh. Semua tampak sibuk bekerja seolah tak mengindahkan sengatan dari sang surya yang bersinar cukup terik.


Perwakilan Sekber menanam bibit
bersama Duta Buddhayana 2011
Tak terasa penanaman bibit berlangsung hingga 2 jam lamanya seiiring waktu yang semakin siang kemudian peserta beristirahat sambil menyantap makan siang yang telah disediakan.

Setelah beristirahat rombongan diajak berkunjung sejenak ke kelenteng Liong Shai Tien dan taman budaya di komplek Dekranasda untuk sekedar melepas lelah. Sekitar pukul 14.30 wib rombongan peserta meninggalkan lokasi untuk kembali ke Vihara Samantabhadra.

Ketua MBI Kota Palembang, Ideham Pendi, SE
bersama Eka pemudi Padmajaya
Semoga apa yang telah dilakukan dapat bermanfaat bagi semua makhluk dan lingkungan kita. Semoga kebajikan yang kita perbuat dapat membantu kita mengikis karma buruk dan membantu kita untuk lebih sadar dan peduli dengan lingkungan sekitar. Semoga langkah kecil ini dapat memberikan perubahan besar bagi semuanya




GO GREEN....STOP GLOBAL WARMING...SAVE THE EARTH....YESS!!!!

06 June 2012

EHIPASSIKO

Ajaran Dasar Buddhisme: 
EHIPASSIKO

Kata ehipassiko berasal dari kata ehipassika yang terdiri dari 3 suku kata yaitu ehi, passa dan ika. Secara harafiah ”ehipassika” berarti datang dan lihat. Ehipassikadhamma merupakan sebuah undangan kepada siapa saja untuk datang, melihat serta membuktikan sendiri kebenaran yang ada dalam Dhamma.
Istilah ehipassiko ini tercantum dalam Dhammanussati (Perenungan Terhadap Dhamma) yang berisi tentang sifat-sifat Dhamma.

Guru Buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam menerima ajaranNya. Guru Buddha mengajarkan untuk ”datang dan buktikan” ajaranNya, bukan ”datang dan percaya”. Ajaran mengenai ehipassiko ini adalah salah satu ajaran yang penting dan yang membedakan ajaran Buddha dengan ajaran lainnya.
Salah satu sikap dari Guru Buddha yang mengajarkan ehipassiko dan memberikan kebebasan berpikir dalam menerima suatu ajaran terdapat dalam perbincangan antara Guru Buddha dengan suku Kalama berikut ini:

"Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya.” (Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)

Sikap awal untuk tidak percaya begitu saja dengan mempertanyakan apakah suatu ajaran itu adalah bermanfaat atau tidak, tercela atau tidak tecela; dipuji oleh para bijaksana atau tidak, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan atau tidak, adalah suatu sikap yang akan menepis kepercayaan yang membuta terhadap suatu ajaran. Dengan memiliki sikap ini maka nantinya seseorang diharapkan dapat memiliki keyakinan yang berdasarkan pada kebenaran.

Ajaran ehipassiko yang diajarkan oleh Guru Buddha juga harus diterapkan secara bijaksana. Meskipun ehipassiko berarti ”datang dan buktikan” bukanlah berarti selamanya seseorang menjadikan dirinya objek percobaan. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, bukan berarti orang tersebut harus terlebih dulu menggunakan narkoba tersebut. Sikap ini adalah sikap yang salah dalam menerapkan ajaran ehipassiko. Untuk membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, seseorang cukup melihat orang lain yang menjadi korban karena menggunakan narkoba. Melihat dan menyaksikan sendiri orang lain mengalami penderitaan karena penggunaan narkoba, itu pun suatu pengalaman, suatu pembuktian.



Disusun oleh: Bhagavant.com

04 June 2012

Dhammasanti Waisak Pemuda Buddhayana Lampung



Sekber PMVBI Sumsel beserta perwakilan PMV yang diwakili dari PPBD dan Samudra Palembang memenuhi undangan acara Dhammasanti Waisak yang digelar di kota Lampung pada tanggal 03 Juni 2012. Acara yang digelar di gedung Graha Wangsa dimulai pukul 13.00 WIB hingga selesai ini dihadiri oleh Bhante Saddhanyano Mahathera sebagai pengisi dhamma. Acara yang dibuat dalam rangka masa perayaan Waisak digagas Sekber PMVBI Prov. Lampung dengan bantuan dari Sagin Prov. Lampung beserta jajaran badan otonom KBI Prov. Lampung dan pemerintah kota setempat.

Tampak hadir dalam acara ini diantaranya Walikota Bandar Lampung, MBI Prov. Lampung, Sangha Agung Indonesia, Pembimas Buddha Kemenag, Sekjen Sekber PMVBI Pusat serta Ketua dan kontingen Sekber PMVBI beberapa provinsi yang dapat hadir. Dalam sambutannya membuka acara, YM Nyana Maitri Maha Sthavira menyambut baik diadakannya acara pemuda/i seperti ini. Beliau berharap agar kegiatan-kegiatan positif ini bisa terus ditingkatkan tidak hanya di kalangan Pemuda Lampung tapi juga hingga ke seluruh Indonesia.

Rangkaian acara dhammasanti Waisak didominasi dengan acara pentas seni seperti menyanyi dan menari yang dibawakan mulai dari anak-anak GABI, pemuda/i Lampung serta beberapa pengisi acara lainnya. Sesaknya Graha Wangsa sebagai tempat acara menandakan betapa besar antusias umat yang hadir mengikuti rangkaian dhammasanti tersebut.

Terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman di Lampung yang telah menyambut dan melayani kami selama acara. Selamat atas suksesnya acara ini, terus lanjutkan keberhasilan ini di masa mendatang. Kerja keras kalian tidaklah percuma semua berjalan baik. Kami juga memohon maaf bila ada ucapan maupun perbuatan kami yang kurang berkenan selama di Lampung. 


01 June 2012

Ombak Besar dan Kecil

Alkisah, di tengah samudra yang luas, saat air laut pasang, tampak ombak besar bergulung-gulung dengan gemuruh suaranya yang menggelegar, seakan ingin menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa.
Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, terdengar gemericik suara ombak kecil bersusah payah mengikuti jejak si ombak besar. Tertatih-tatih, mengekor hempasan ombak besar. Si ombak kecil merasa dirinya begitu kecil, lemah, tidak berdaya, dan tersisih di belakang. Sungguh, terasa menyakitkan.
Dengan suaranya yang lemah, kurang percaya diri, ombak kecil bertanya kepada ombak besar. Maka sayup-sayup, terdengar serangkaian percakapan di antara mereka.
"Hai ombak besar...! Aku ingin bertanya kepadamu...!! Mengapa engkau begitu besar, begitu kuat, dan gagah perkasa? Sementara lihatlah diriku... begitu kecil, lemah, dan tidak berdaya. Aku ingin seperti kamu!"
Ombak besar pun menjawab, "Sahabatku, kamu mengganggap dirimu kecil dan tidak berdaya. Sebaliknya, kamu mengganggap aku begitu hebat dan luar biasa. Anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya!"
"Jati diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu apa...?" timpal ombak kecil.
Ombak besar meneruskan, "Memang di antara kita terasa berbeda, tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama! Kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak kecil dan ombak besar adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati adalah air. Bila kamu bisa menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi. Kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku: kuat, gagah, dan perkasa."

Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi. Yang sesungguhnya, itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Seringkali kita memvonis (keadaan itu) sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos: "Aku tidak beruntung", "Nasibku jelek", "Aku orang gagal". Bahkan ada yang menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk ketidakadilan Tuhan!
Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya, kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu. Jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses!
Kesadaran tentang jati diri, bila telah ditemukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah; sedahsyat ombak besar di samudra nan luas, siap menghadapi setiap tantangan dan mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.

sumber www.andriewongso.com

 
 
Blogger Templates